Laman

Senin, 09 November 2020

Nasib startup ojek online kecil di bawah dominasi Grab dan Gojek


Startup dan Teknologi Hari Ini


Senin, 9 November 2020
Halo Streight Face,


Beberapa waktu yang lalu saat saya sedang pergi berbelanja kebutuhan sehari-hari di sebuah pusat perbelanjaan, saya sempat melihat beberapa driver ojek online Maxim di jalan. Perusahaan ojek online asal Rusia ini kabarnya sudah mulai beroperasi lagi, setelah sebelumnya diblokir Kemkominfo

Meski didominasi Grab dan Gojek, ternyata Indonesia masih punya sejumlah pemain yang juga menggeluti industri ride-hailing. Lalu gimana ya nasib para transportasi online di bawah bayangan Grab dan Gojek ini? Simak rangkumannya di bawah, ya!

— Diah, Tech in Asia

HIGHLIGHT

Nasib industri transportasi online kecil: pivot hingga cari peluang 


Dari data yang dihimpun Tech in Asia tahun 2016, Indonesia punya enam startup layanan transportasi online yang bergerak di sektor ride hailing kendaraan roda dua. Padahal, seperti yang kita tahu, industri ini didominasi oleh dua nama besar: Grab dan Gojek. 
  • Pivot jadi layanan logistik: Noompang adalah salah satu startup yang menyediakan layanan  tumpangan kursi kosong menuju lokasi tujuan yang searah. Namun perusahaan yang didirikan pada 2018 ini, akhirnya pivot menjadi layanan logistik bernama Bitesip pada April 2020. 
  • Hadir dengan layanan berbeda: Meski menghadirkan layanan yang sama seperti Grab dan Gojek, Anterin hadir sebagai pembeda dengan menawarkan format "marketplace" di mana pengguna bisa memilih driver hingga jenis kendaraan. 
  • Kerja sama dengan pemerintah: Anterin saat ini sedang berusaha menjalin kerja sama Badan Pendapatan Daerah Provinsi DKI Jakarta sebagai mitra kurir. 


Simak analisis selengkapnya tentang potensi serta nasib para startup transportasi online kecil di Indonesia di sini (🔒)

Dampak Omnibus Law bagi startup


Pada Oktober 2020, UU Cipta Kerja disahkan di Indonesia. Undang-undang ini  yang menggabungkan regulasi tentang ketenagakerjaan ini juga mengatur soal industri startup

  • Peluang tenaga kerja asing: UU Cipta Kerja memberi kemudahan bagi startup yang membutuhkan tenaga kerja asing untuk membangun produk masing-masing. 
  • Tantangan bagi talenta lokal: Pasal 42 yang memberikan kemudahan bagi tenaga kerja asing dapat menjadi ancaman bagi sekitar lulusan Teknologi Informatika dalam negeri. Lulusan TI yang jumlahnya mencapai hingga 70.000 per tahun berpotensi tak terserap maksimal oleh industri.

Baca selengkapnya tentang analisis dampak UU Cipta kerja bagi industri startup di Indonesia (🔒)

ARTIKEL PREMIUM PILIHAN

Setiap bulannya pemilik akun gratis Tech in Asia Indonesia berkesempatan untuk membaca satu artikel premium pilihan kami. Baca gratis artikel di bawah atau lihat artikel premium lainnya.

Praktik Monopoli 4 Raksasa Teknologi dan Potensi Serupa di Indonesia

Apple, Facebook, Amazon, dan Google dituduh menggunakan kuasanya membunuh kompetitor. Perusahaan teknologi di Indonesia juga berpotensi melakukannya.

Baca gratis di sini (khusus pengguna terdaftar)

MORNING DIGEST

1️⃣  Airbnb IPO di Desember 2020

  • Airbnb disebut akan mengumumkan pencatatan sahamnya di bursa efek paling cepat minggu depan. 
  • Perusahaan ini berencana kumpulkan dana sekitar Rp42 triliun dari penjualan saham di bursa efek. 
  • Proses IPO ini dilakukan setelah bisnis Airbnb terdampak wabah COVID-19 secara signifikan.

2️⃣  Fitur hapus chat otomatis dari WhatsApp

  • Fitur ini memungkinkan pesan baru yang dikirim ke chat akan hilang dalam tujuh hari. 
  • Fitur baru ini dapat diaktifkan bagi masing-masing individu, namun dalam grup chat, hanya admin yang punya kendali.
  • Layanan Pesan Sementara ini akan diluncurkan WhatsApp November ini secara global. 

3️⃣  Halodoc sediakan tes Swab Antigen

  • Tes sesuai anjuran WHO ini hadir di Halodoc sejak awal Oktober. 
  • Untuk sementara, layanan yang dapat dilakukan secara drive thru maupun janji di mitra fasilitas kesehatan ini hadir di Jakarta dan Surabaya. 
  • Tes Swab Antigen ini tersedia mulai dari Rp299.000 

LOKER MINGGU INI

MITOS ATAU FAKTA?

Skill dan pengalaman merupakan alasan terkuat seseorang direkrut perusahaan.

Faktanya:
Culture fit atau kesesuaian budaya biasanya jadi faktor yang paling dipertimbangkan oleh perekrut. Karyawan yang bisa beradaptasi dengan kultur perusahaan biasanya memiliki tingkat turnover yang lebih rendah.

Riset ClearCompany menunjukkan, 86% responden percaya bahwa kurangnya kolaborasi antara karyawan dengan eksekutif menyebabkan kerugian perusahaan.
Terima kasih karena kamu sudah baca sampai habis. Newsletter ini dibuat dengan cinta (dan sedikit kafein) oleh tim marketing Tech in Asia Indonesia. Sampaikan kritik, saran, dan komentar kamu seputar newsletter kami lewat form ini.

Jangan sampai ketinggalan berita harian seputar industri startup Indonesia. Simpan email indonesia@techinasia.com ke kontakmu, atau pindahkan email ini ke primary inbox.

Tidak ingin menerima semua email dari kami lagi? Kamu bisa berhenti berlangganan newsletter (tentunya kami bakal sedih!)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar