Laman

Sabtu, 28 November 2020

Jangan ikuti passion-mu | #WeekendProduktif

#WeekendProduktif
bersama Hendri Salim

Happy weekend Streight Face,

Minggu lalu saya menulis tentang information overload (baca di sini), tapi sebenarnya masih ada satu aspek menarik dari information overload yang belum saya sempat bahas.

Dengan semua akses kepada informasi, kamu akan menemukan banyak hal yang bertentangan di internet. Lebih parah lagi, informasi yang bertentangan ini bisa kamu dapatkan dari dua sumber atau orang yang sama hebat dan terkenalnya.

Secara kebetulan saya menemukan artikel yang bisa menunjukkan fenomena ini, dan kita akan membahasnya di akhir pekan ini.

Kita sering mendengar mantra, "Follow your passion," atau jika kamu mengerjakan apa yang kamu cintai, maka kamu tidak akan pernah merasa sedang bekerja. Jika kamu coba pikirkan sebentar, kalimat ini terdengar sangat masuk akal. Melakukan sesuatu yang kamu suka akan memberi kamu energi serta dorongan semangat lebih. dan ini berkontribusi kepada keberhasilan.

Tapi jika kamu menggali cukup dalam, kamu akan menemukan beberapa orang mengatakan sebaliknya, "Don't follow your passion." 

Mark Cuban, pengusaha kondang asal Amerika Serikat yang masuk dalam Forbes 400 List (daftar orang terkaya di dunia), adalah salah satunya. Ia tak sendirian, seorang Assistant Professor di Harvard dan penulis buku self-improvement Cal Newport juga mengemukakan pendapat serupa. Video saat Newport menyampaikan ceramah berjudul "Follow Your Passion" is Bad Advice bahkan sudah ditonton hingga ratusan ribu kali.

Tapi kenapa?
 
Menurut studi yang dilakukan oleh Deloitte pada tahun 2017, hanya ada sekitar 13 persen orang di Amerika Serikat yang benar-benar berkomitmen mencari tantangan dan berkembang lewat pekerjaannya. Ini bisa kita artikan bahwa hampir 9 dari 10 orang sedang berkutat dengan pekerjaan yang tidak sesuai dengan passion masing-masing.

Follow your passion hanyalah tiga kata sederhana. Lalu mengapa ada begitu banyak orang yang tidak berkembang dan sedang merasa bekerja di tempat yang salah? Saya rasa ini semua dimulai dengan ekspektasi yang keliru ketika mantra passion ini didengungkan. 

Pertama, kita semua punya passion terhadap 1 atau bahkan 2 hal, sesuatu yang kita sukai dan cintai. Tapi mari kita sama-sama jujur. Tidak semua passion bisa mendatangkan cukup uang untuk memiliki kehidupan yang berarti, atau bahkan memiliki kontribusi kepada lingkungan sekitar.

Beberapa pihak yang berkata untuk mengerjakan apa yang kamu cintai adalah orang-orang sukses dan terkenal seperti Steve Jobs (co-founder Apple). Tapi berapa banyak orang mengerjakan apa yang mereka pikir cintai, hanya untuk berakhir dengan keputusasaan, penyesalan, dan kegagalan? Apakah kita sebenarnya sedang menyaksikan fenomena survivor bias?

Tidak semua orang sudah punya visi atau passion. Ada banyak orang, dan bahkan mungkin termasuk saya sendiri, yang belum paham sepenuhnya tentang apa yang jadi passion utama di diri sendiri. Kondisi ini akan menciptakan rasa bersalah, tekanan, dan kebingungan.

Sementara banyak orang mendengungkan, "follow your passion," kita bahkan belum menemukan passion kita sendiri. Bagaimana cara mengikuti sesuatu yang belum ada?

Lewat apa yang saya baca dan alami sendiri, saya bisa menyimpulkan bahwa passion bukanlah sesuatu yang harus kamu cari dan temukan. Yang sering terjadi adalah passion dikembangkan sendiri melalui keadaan yang ada, seperti pekerjaan yang kamu miliki sekarang. 

Penelitian bahkan mengatakan bahwa memercayai ada satu pekerjaan paling tepat menanti di depan mata malah bisa membuat orang jadi lebih tertutup terhadap kemungkinan-kemungkinan lainnya.

Jadi, saya rasa cukup aman untuk mengatakan bahwa mungkin tidak akan pernah ada satu pekerjaan di luar sana yang bakal membuat kamu tersenyum dan mengatakan, "Ya, ini passion saya. Ini juga akan menjadi pekerjaan terakhir saya." 

Jadi daripada mencarinya, kamu dapat mengembangkannya.


Tapi bagaimana mengembangkannya? Git gud!


Salah satu cara untuk setidaknya membantu beri arahan dalam pengembangan passion (dan memiliki pekerjaan yang membuat bahagia) adalah melihat apa yang kita kerjakan. Yang walaupun sulit untuk dilakukan, tapi tetap kita selesaikan. 

Kita terus mencurahkan tenaga dan waktu mengerjakan hal tersebut. Kita tidak otomatis tersenyum atau bahagia ketika melakukannya. Tapi kita tidak pernah menyerah. 

Coba pikirkan sebentar, adakah bagian pekerjaanmu yang terdengar seperti itu?

Saya rasa Mark Cuban menyampaikannya dengan cukup baik. Biar saya tulis ulang di sini:
  • Jika kamu bekerja keras dan tidak menyerah, maka lama-lama kamu akan jago di bidang tersebut.
  • Jika kamu jago di sebuah bidang, kamu akan cenderung menikmatinya.
  • Ketika kamu menikmatinya, ada kemungkinan besar kamu mulai merasa terlibat lebih dalam lagi, atau merasa passionated.
  • Ketika kamu bekerja keras, jago dalam sebuah bidang, dan juga menikmatinya, hal-hal baik akan terjadi.
Saya pribadi merasa poin nomor 4 adalah sebuah deskripsi jelas atas pekerjaan yang memuaskan dan memiliki arti. Sekarang lihat kembali poin nomor 1, dan kamu akan menyadari bahwa ini tidak harus dimulai dengan menemukan sesuatu yang kamu cintai.

Saya juga menyukai apa yang Cal Newport katakan di akhir ceramahnya, "Jika kamu ingin mencintai apa yang kamu kerjakan, ikuti apa yang Steve Jobs lakukan, bukan apa yang ia katakan."

Jobs mendirikan Apple Computer. Lewat kesempatan ini, ia bekerja keras, secara terus-menerus menambah skill dan kontribusinya. Sepanjang perjalanan ini, Jobs jadi lebih passionated di pekerjaannya.

Jika kamu adalah seorang social media manager, content writer, atau [masukkan titel pekerjaan kamu di sini], serta ingin mencintai apa yang kamu kerjakan, mulailah dari langkah pertama: getting good at what you do.

Enjoy your weekend!

Salam,
Hendri Salim
CEO Tech in Asia Indonesia

 

Hai, terima kasih sudah membaca email mingguan Weekend Produktif sampai habis. Kamu punya komentar positif untuk tulisan ini? Kamu bisa langsung balas email ini, atau mengisi form komentar.

Semua tulisan Weekend Produktif saya bisa kamu temukan di situs web Tech in Asia Indonesia.

Tidak ingin menerima email dari kami lagi? berhenti berlangganan newsletter (kami bakal sedih!)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar