Laman

Rabu, 25 November 2020

Alasan kenapa HOOQ berhenti beroperasi


Startup dan Teknologi Hari Ini


Rabu, 25 November 2020

Halo Streight Face,

Gara-gara nggak bisa nonton di bioskop selama pandemi, intensitas saya buat nonton di Netflix jadi makin bertambah. Saya yakin, kamu juga pasti demikian. Makanya nggak heran kalau pendapatan platform video streaming ini malah jadi melesat selama satu tahun ke belakang. 

Sayangnya, nasib HOOQ, platform streaming film serupa Netflix, nggak punya keberuntungan yang sama. Perusahaan yang didirikan tahun 2015 ini justru berhenti beroperasi karena dihantam pandemi. 

Untuk pertama kalinya, CEO HOOQ Peter Bithos pun menceritakan alasan mengapa perusahaannya bisa berakhir bangkrut. Info selengkapnya, scroll ke bawah, ya! 

— Diah, Tech in Asia

HIGHLIGHT

Apa yang salah dengan HOOQ?


Pada 26 Maret 2020, HOOQ resmi berhenti beroperasi. Perusahaan video-streaming ini melakukan likuidasi di awal tahun setelah mencatat kerugian sekitar Rp888 M di tahun fiskal 2019. 
  • Melakukan Pivot dengan cepat: Meski HOOQ awalnya merupakan layanan berlangganan premium, Bithos menyadari dengan cepat model tersebut tidak akan bisa efektif di pasar yang berkembang. HOOQ kemudian mengubah modelnya menjadi layanan freemium di tahun 2016.
  • Masalah pada konten: HOOQ sangat mengandalkan konten video berlisensi, akibatnya mereka begitu terpuruk saat produser menarik kontennya. Produser kemudian mengalihkan konten ke platform OTT atau ke layanan mereka sendiri. Salah satu contohnya adalah Disney dengan platform Disney+ mereka.
  • Butuh modal besar: Jika platform video-streaming tidak mencapai investasi minimal sebesar US$1 miliar (sekitar Rp14,1 triliun) di awal bisnisnya, Bithos yakin platform tersebut akan mengalami kesulitan.

Baca selengkapnya alasan HOOQ yang berhenti beroperasi melalui artikel premium ID+

12 Pertanyaan yang sering ditanyakan investor 


Saat founder melakukan pitching, pertanyaan seperti model bisnis, besaran pendanaan, hingga pembagian saham kepemilikan sudah sering ditanyakan investor. Tapi ada beberapa hal yang kerap dilupakan oleh founder, mulai dari profil hingga tren industri. 
  • Mengapa tim kamu adalah yang tepat untuk mengembangkan bisnis: Pertanyaan ini menekankan pada kemampuan komunikasi dan menjalin relasi, hingga cerita bagaimana co-founder saling bertemu dan memutuskan membangun bisnis bersama.
  • Seperti apa burn rate perusahaan saat ini: Pertanyaan ini ditanyakan untuk menilai tata kelola finansial perusahaan hingga kelayakan strategi bisnis. 
Simak artikel selengkapnya tentang pertanyaan yang sering ditanyakan investor kepada founder saat pitching 

ARTIKEL PREMIUM PILIHAN

Setiap bulannya pemilik akun gratis Tech in Asia Indonesia berkesempatan untuk membaca satu artikel premium pilihan kami. Baca gratis artikel di bawah atau lihat artikel premium lainnya.

[Video] Apa Itu Burn Rate, Runway, serta Dampaknya ke Strategi Startup

Baik burn rate dan runway adalah dua konsep yang ikut menentukan hidup matinya suatu startup. Ketahui definisi dan implementasinya lewat video ini!

Baca gratis di sini (khusus pengguna terdaftar)

MORNING DIGEST

Elon Musk jadi orang terkaya kedua di dunia

  • Musk menggeser pendiri Microsoft Bill Gates di posisi kedua sebagai orang terkaya di dunia.
  • Total kekayaan Bos Tesla ini mencapai sekitar Rp1,8 kuadriliun dari dua sumber pendapatannya, Tesla dan SpaceX.
  • Kekayaan Musk didorong oleh melonjaknya harga saham Tesla hingga mendekati setara Rp7 kuadriliun).

Tencent rilis subtitle otomatis

  • Fitur bernama AI Transfy yang dirilis oleh Tencent Cloud ini bisa menambahkan subtitle secara otomatis pada konten video. 
  • Transfy sudah mendukung sejumlah bahasa di dunia, termasuk Inggris dan Indonesia.

Fitur baru dari Snapchat 

  • Fitur bernama Spotlight ini merupakan feed khusus yang akan mengkurasi sejumlah konten kreator Snapchat. 
  • Dalam fitur ini pengguna biasa juga bisa posting video pendek mereka layaknya konten TikTok untuk menarik perhatian pengguna lainnya.

TONTONAN BUAT KAMU

10 Cara agar dapat mengemas obrolan dengan baik 

 EVENT MENDATANG

  • TECH IN ASIA ID+ LIVE: Sempurnakan Design Sprint untuk Mengoptimalkan Performa Produk 
  • Lewat sesi kali ini, Glenn Prasetya (Head of Product Tech in Asia Indonesia) akan membahas tentang tantangan dan solusi dalam melakukan design sprint. Daftar di sini.
  • The Easiest Decision with HP: Working Remotely with Family
  • Cari tahu bagaimana cara mengelola waktu bersama keluarga agar semua orang menjadi produktif di rumah. Daftar di sini

LOKER MINGGU INI

Terima kasih karena kamu sudah baca sampai habis. Newsletter ini dibuat dengan cinta (dan sedikit kafein) oleh tim marketing Tech in Asia Indonesia. Sampaikan kritik, saran, dan komentar kamu seputar newsletter kami lewat form ini.

Jangan sampai ketinggalan berita harian seputar industri startup Indonesia. Simpan email indonesia@techinasia.com ke kontakmu, atau pindahkan email ini ke primary inbox.

Tidak ingin menerima semua email dari kami lagi? Kamu bisa berhenti berlangganan newsletter (tentunya kami bakal sedih!)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar