Laman

Sabtu, 07 November 2020

Mengapa resolusi tahun baru hampir selalu gagal diraih | #WeekendProduktif

#WeekendProduktif
bersama Hendri Salim

Happy weekend Streight Face,


Tahun lalu, saya berjanji kepada diri sendiri untuk belajar tentang machine learning selama 2020. Kini, mendekati penghujung 2020, apakah sekarang saya sudah mengerti? Tidak. Sama sekali tidak.

Saya (dan mungkin juga kamu) tidaklah sendiri. Lebih dari 90 persen orang yang membuat resolusi tahun baru tidak pernah mencapainya. Bahkan, 64 persen orang melupakan rencana tahunan mereka di bulan kedua.

Nah, sekarang kita masih punya dua bulan menuju tahun baru. Ini mungkin terdengar cukup lama, tapi saat kita disibukkan untuk menyelesaikan pekerjaan yang menumpuk serta terlena menikmati masa libur, maka, BOOM! Tiba-tiba sudah 31 Desember.

Hampir semua orang gagal mencapai resolusi tahun baru masing-masing. Apakah ini berarti kita sebaiknya berhenti mencoba?

Saya pribadi akan tetap membuat resolusi tahun baru, dan saya juga menyarankan kamu melakukannya. Tapi mari kita lakukan dengan cara berbeda. Karena jika caranya tetap sama, maka sudah bisa kamu tebak … hasilnya juga akan sama.
 

Mengapa resolusi tahun baru hampir selalu gagal diraih


Beruntung bagi kita, sudah banyak peneliti dan ahli yang menghabiskan waktu mereka demi mencari alasannya. Mari kita lihat apa yang jadi alasan utama kegagalan mencapai resolusi menurut para ahli.

Tidak ada nilai (value) di balik resolusi baru kamu

Kamu ingin rutin lari pagi setidaknya tiga kali seminggu di tahun depan, tapi kamu tidak benar-benar mengerti kenapa kamu perlu melakukannya. Semua orang tahu jogging baik untuk kesehatan, tapi kamu merasa sehat-sehat saja, dan bisa jadi kenyataannya memang demikian. 

Jika kamu masih muda, kamu mungkin sedang berada di puncak kesehatan fisikmu. Berolahraga terasa seperti membuang waktu.

Bandingkan kondisi ini dengan seorang calon ayah yang menyadari bahwa dirinya bakal butuh energi lebih untuk merawat anaknya nanti. Lari pagi sekarang punya value yang lebih jelas: saya ingin jadi ayah yang sehat untuk calon anak, supaya saya bisa melihat ia tumbuh besar.
Tidak membuat target spesifik

Ingin belajar machine learning adalah sebuah target yang bagus. Tapi sekarang saya menyadari bahwa itu adalah sebuah target yang terlalu luas. 

Silakan bermimpi besar untuk resolusi tahun baru nanti, tapi coba pecah mimpi itu jadi tantangan-tantangan kecil yang bisa dilakukan dan jelas.

Dengan menggunakan pendekatan tersebut, kurang lebih ini yang akan saya lakukan untuk belajar machine learning di 2021 (fingers crossed):
  • Menghabiskan 30 menit untuk mengerti, mengapa saya harus belajar machine learning?
  • Menghabiskan 60 menit untuk melakukan riset, dari mana saya harus mulai belajar?
  • Berbicara kepada 2 ahli yang mengerti machine learning dan meminta saran mereka,
  • Membuat rencana dan target project yang akan saya selesaikan di tahun 2021,
  • Membuat rencana kapan dan bagaimana saya akan mengintegrasikan hasil belajar machine ,learning ke dalam kegiatan saya sehari-hari, dan terakhir
  • Just do it!
Saya akan beri tahu kamu hasilnya satu tahun dari sekarang.

Tidak benar-benar memecahkan masalah

Terkadang resolusi yang kita buat sebenarnya tidak memecahkan masalah utama, sehingga tidak mendatangkan hasil, dan malah membuat kita berhenti melakukannya.

Misalnya, seseorang yang membuat resolusi menurunkan berat badan mungkin saat ini masih punya proporsi berat badan aman dan relatif sehat. Namun masalah utamanya adalah kepercayaan diri. 

Sebaiknya kita sungguh-sungguh bertanya terlebih dahulu, jika kita mencapai resolusi, apa itu akan membuat perbedaan? Apa itu yang benar-benar kita inginkan? Apakah ada faktor lain yang ternyata menjadi penyebabnya?

Kamu bisa menetapkan resolusi untuk jadi manajer di tahun depan. Untuk apa? Supaya kamu bisa memperoleh lebih banyak uang demi membayar kuliah kelas malam. Namun, jika kamu tak punya masalah dengan posisi kamu saat ini dan merasa bahagia dengan keadaan sekarang, maka jadi manajer bisa jadi bukan resolusi yang tepat.

Siapa tahu dengan mengutarakan alasan sebenarnya ke atasan kamu, perusahaan tertarik untuk membiayai kuliah malam kamu atau memberikan dukungan lain. Kamu bisa mendapatkan apa yang kamu inginkan dengan cara yang lebih masuk akal.

Sekarang giliran kamu

Kamu bisa mulai dari sekarang untuk membuat resolusi tahun baru. Masih ada cukup banyak waktu, sehingga resolusi kamu bisa jadi lebih masuk akal, memuaskan, dan benar-benar berguna untuk dirimu.

Untuk membantu kamu memulai, saya akan merangkumkan tiga metode yang disarankan oleh B.J Fogg, seorang peneliti dari Universitas Stanford yang menghabiskan dua puluh tahun untuk mempelajari kebiasaan manusia.

Pertama, buat resolusi yang besar, tapi pecahkan ke dalam tugas-tugas kecil. Ingin menurunkan berat badan sebanyak 10 kilogram? Daripada berpuasa secara ekstrem, kamu bisa mulai dengan mengurangi takaran gula ke teh yang kamu seduh tiap pagi atau seusai kerja.

Kedua, gunakan kebiasaan kamu sekarang sebagai jembatan. Melakukan suatu hal baru sangatlah sulit, karena kita sudah punya kebiasaan sehari-hari. Cara terbaik adalah menempelkan kebiasaan baru ke kebiasaan lama kamu. 

Misalnya, kamu ingin mendalami mengenai data science. Kita tahu ada banyak video bagus di YouTube. Kamu juga suka mengakses YouTube setiap hari. Kamu bisa menonton video tentang data science terlebih dahulu, sebelum menonton video-video lainnya. Anggap ini sebagai sesuatu yang harus "ditebus" sebelum kamu menikmati konten favoritmu.

Ketiga, pastikan seminggu pertama berlalu dengan mudah. Jangan mulai dengan sesuatu yang berat dan rumit. Buat kebiasaan baru kamu semudah mungkin. Tujuan kamu adalah melewati minggu pertama dengan cukup mudah, serta meningkatkannya secara berkala, sampai akhirnya jadi kebiasaan baru. 

Jika kamu menghabiskan 5 jam sehari menelusuri media sosial, maka akan cukup berat jika kamu tiba-tiba memangkasnya jadi 1 jam per hari. Kamu bisa mulai dengan mengaktifkan mute/unfollow kepada 1 atau 2 akun setiap minggu, serta mengurangi 10-15 menit dalam sehari.

Ketika ini sudah jadi kebiasaan baru, kamu bisa meningkatkannya lagi menuju target yang diinginkan.
 

Memiliki kebiasaan baru terdengar sulit, tapi faktanya tidaklah begitu. Coba pikirkan sebentar, kamu punya banyak sekali kebiasaan. Dari mana kebiasaan ini datang? Kamu bahkan tak bisa mengingatnya, bukan? Kebiasaan baru bisa terbentuk dengan cara sama. Namun kali ini kamu sendiri yang mengizinkannya terjadi dengan kendali penuh.

Nah, sekarang saya undur diri agar kamu bisa merenung. Ada banyak yang harus kamu pikirkan. Have fun!

Salam,
Hendri Salim
CEO Tech in Asia Indonesia
 
Hai, terima kasih sudah membaca email mingguan Weekend Produktif sampai habis. Kamu punya komentar positif untuk tulisan ini? Kamu bisa langsung balas email ini, atau mengisi form komentar.

Semua tulisan Weekend Produktif saya bisa kamu temukan di situs web Tech in Asia Indonesia.

Tidak ingin menerima email dari kami lagi? berhenti berlangganan newsletter (kami bakal sedih!)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar