Laman

Minggu, 21 Februari 2021

Saya hanya takut menghabiskan masa tua dengan membosankan | #WeekendProduktif

#WeekendProduktif
bersama Hendri Salim

Happy weekend , Streight Face!

Kebanyakan yang saya tulis di newsletter Weekend Productive bukanlah apa yang saya sudah lakukan, tapi lebih kepada apa yang saya alami. 

Misalnya, jika saya menulis tentang to-do list, berarti saya sedang merasa tidak produktif dan mencari cara untuk menanganinya. Jadi kalau saya menulis tentang sesuatu, bukan berarti saya sudah ahli di bidang itu. Ini adalah proses belajar yang saya ingin bagikan juga ke kamu. 

Nah, apa yang terjadi di akhir pekan ini adalah saya bangun pukul 6 pagi. Tidak ada alasan khusus, saya tiba-tiba terbangun dan tak bisa kembali tidur.

Fun fact (... or maybe not so fun), banyak yang menyangka bahwa insomnia adalah keadaan di mana seseorang sulit tidur. Jika seseorang mudah tidur tapi gampang terbangun di pagi buta serta tak bisa kembali tidur, kondisi itu juga bisa dikategorikan sebagai insomnia.

Nah, karena tidak bisa tidur lagi, saya putuskan untuk bangun, sarapan, memainkan gim di PS4 yang baru saya unduh semalam, belanja untuk stok makanan minggu depan, serta beres-beres rumah. Ketika saya duduk untuk bersantai, saya menyadari langit sudah gelap, rasanya hari akan segera berakhir. 

Saya cek smartphone, jam masih menunjukkan pukul 6 sore. Saya masih punya sekitar 5-6 jam lagi sebelum masuk kamar untuk tidur.

Ini menarik sekali bagi saya. Tiba-tiba saya merasa punya waktu, dan besok masih hari Minggu. Akhir pekan saya terasa panjang sekali.

Tapi tentu saja ini masuk akal. Saya memulai akhir pekan kali ini dari pukul 6 pagi (biasanya dari pukul 11-12 siang).

Bagi kamu yang terbiasa bangun pagi, mungkin ini bukan hal baru. Tapi jika kamu biasanya bangun sangat siang di akhir pekan, cobalah untuk bangun lebih pagi minggu depan, atur jadwal kamu seharian dan lihat bagaimana rasanya.

Waktu yang panjang ini juga membuat saya punya waktu melukis lagi, yang terakhir kali saya lakukan ketika masih duduk di bangku SMP 21 tahun lalu. 

Apa saya hobi melukis? Tidak. Apa saya mulai menyenanginya? Juga tidak. Lalu mengapa saya tiba-tiba membeli set melukis untuk pemula? Neurogenesis.

Sebelum Neurogenesis ditemukan, banyak ahli menganggap bahwa sudah takdir tiap orang untuk terlahir dengan jumlah sel otak berbeda-beda. Budi dan Susi akan terlahir dengan jumlah sel otak yang berbeda. Tak ada yang bisa mereka lakukan untuk mengendalikannya.

Berkat perkembangan ilmu pengetahuan, sekarang kita tahu bahwa manusia bisa memicu terciptanya jumlah sel otak baru, atau disebut Neurogenesis.

Seperti otot yang dilatih--atau tepatnya dipaksa untuk digunakan di luar kebiasaan--akan jadi lebih kuat dan besar, otak juga ternyata bisa melakukan regenerasi sel baru jika menerima tantangan.

Tantangan ini datang dalam berbagai cara, selain berlatih dengan melakukan critical thinking, otak juga tertantang saat kita melakukan sesuatu yang baru. Ketika kita melakukan sesuatu yang baru, otak membentuk koneksi baru dan membuat penyesuaian.

Kebetulan saya sudah mengetahui ini sejak lama. Itulah mengapa saya punya kebiasaan untuk melakukan hal-hal baru. Sebuah perjalanan singkat ke kedai kopi pun akan membuat saya tertantang untuk mencoba jenis kopi baru. Saya jarang memesan kopi yang sama.

Saya juga mulai rajin memasak selama setahun terakhir. Karena jarang ada menu yang sama, rak bumbu saya penuh sekali, mulai dari arak masak dari tiga negara, sampai dengan Sichuan peppercorn.

Tiga bulan lalu, saya juga mulai melakukan reparasi amplifier audio tua (kisaran 1970-an). Padahal sebelum ini saya bahkan tidak tahu apa itu fungsi dari filter capacitor.

Saya tidak sedang menyombongkan diri. Saya sedang berbagi bagaimana saya mengatasi ketakutan pribadi. Saya takut jika tua nanti, saya akan menghabiskan masa tua dengan membosankan.

Saya tahu hal ini karena dua minggu lalu saya mengobrol dengan nenek saya yang berumur 80 tahun lewat telepon. Kami berbincang sekitar 40 menit, membahas resep masakan, pekerjaan, dan Covid-19. 

Saya tidak merasa sedang mengobrol dengan seorang nenek berumur 80 tahun, karena ingatannya masih tajam. Sedangkan kakek saya yang berumur 82 tahun sudah lupa apakah beliau sudah makan apa belum, tepat setelah menyantap makan siang.

Jika kamu ketik "super-agers" di Google, maka kamu akan menemukan artikel dari Harvard, lembaga kesehatan negara, serta deretan institusi besar lain membahasnya. 

Ini adalah keadaan di mana orang-orang berusia renta tetap punya otak yang bekerja dengan luar biasa. Kesimpulannya adalah, orang tua-orang tua yang tajam ini punya gaya hidup sehat, serta cenderung terus mengasah dirinya dari muda hingga jadi kebiasaan sampai tua.

Jika ini adalah sesuatu yang juga jadi concern kamu--menghabiskan waktu tua dengan produktif--maka jangan lupa untuk terus mencoba hal baru dan menantang otak kamu sendiri. Jangan membatasi diri hanya dengan kegiatan baru yang terlihat menarik. Cari kegiatan yang terlihat tak menarik, tapi belum pernah dicoba.

Belum pernah mencoba membuat blog pribadi? Izinkan saya memasang muka tebal dan merekomendasikan kamu kelas membangun website ala Tech in Asia Indonesia. Ayo coba hal baru :).

Happy weekend!


Salam,
Hendri Salim
CEO Tech in Asia Indonesia
 

P.S.: Sudah baca tulisan perdana saya untuk segment Startup A-Z? Di artikel ini kami mencoba menjawab pertanyaan fundamental tentang startup: apa definisinya, dan apa yang membedakan startup dengan perusahaan konvensional. Baca gratis sekarang.
 
Hai, terima kasih sudah membaca email mingguan Weekend Produktif sampai habis. Kamu punya komentar positif untuk tulisan ini? Kamu bisa langsung balas email ini, atau mengisi form komentar.

Semua tulisan Weekend Produktif saya bisa kamu temukan di situs web Tech in Asia Indonesia.

Tidak ingin menerima email dari kami lagi? berhenti berlangganan newsletter (kami bakal sedih!)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar