Halo Streight Face, Meski jarang sekali keluar rumah, pengeluaran saya selama pandemi ini ternyata tetap banyak. Setelah dicek lagi, ternyata uang yang saya keluarkan lebih banyak dipakai buat belanja di e-commerce dan pesan makanan lewat ojek online. 😆 Kebiasaan ini, ternyata memang benar-benar dilakukan masyarakat Indonesia. Pasalnya, menurut riset, pandemi bikin 55 persen penduduk Indonesia beralih ke belanja online. Info selengkapnya tentang riset ini, cek rangkumannya di bawah, ya! — Diah, Tech in Asia | | Pasar e-commerce Indonesia berpotensi ungguli India Gara-gara pandemi, 55 persen penduduk kita ternyata jadi lebih suka belanja online. Kemungkinan total penjualan juga diperkirakan mencapai Rp423 T di akhir tahun. - Unggul dari India: Menurut laporan gabungan whitepaper Pro, total nilai penjualan dari seluruh e-commerce Indonesia tahun ini berpotensi unggul dari India dengan selisih nilai GMV sekitar Rp28 T.
- Produk kesehatan paling populer: Produk seperti disinfektan, vitamin, dan termometerjadi salah satu penyumbang transaksi online terbesar dengan persentase kenaikan mencapai 1000 persen.
- Kebutuhan belanja online meningkat: Volume belanja kategori grocery secara online diprediksi naik 400 persen sepanjang tahun 2020.
Baca selengkapnya laporan tentang pertumbuhan pasar e-commerce Indonesia sepanjang 2020 di sini. | | VentureCap Insights: hadir untuk lawan data pendanaan palsu Sulitnya mencari data pendanaan hingga kondisi finansial startup di Asia Tenggara, membuat Jason Edwards berinisiatif membangun perusahaan riset pasar VentureCap Insights. - Menyediakan informasi lebih rinci: Menurut Edwards, setengah dari berita tentang pendanaan yang dipublikasikan mayoritas platform riset pasar tidak akurat. VentureCap Insight, diklaim punya data yang lebih akurat karena karena bekerja sama dengan badan pendaftar perusahaan pemerintah.
- Ingin jadi "Bloomberg" di ekosistem startup: Edwards menyebut VentureCap Insights punya data finansial startup yang akurat dan up-to-date, sama seperti apa yang dilakukan Bloomberg tapi untuk perusahaan publik atau sudah IPO.
Baca lebih lanjut, ulasan tentang VentureCap Insights lewat artikel eksklusif, khusus pelanggan Tech in Asia ID+ | | Setiap bulannya pemilik akun gratis Tech in Asia Indonesia berkesempatan untuk membaca satu artikel premium pilihan kami. Baca gratis artikel di bawah atau lihat artikel premium lainnya. | | | Amartha Dulu Hampir Bangkrut, Kini Jadi Salah Satu P2P Lending Terbesar Amartha berhasil membantu banyak masyarakat Indonesia tidak dengan tangan sendiri, melalui dengan bantuan sesama masyarakat. Baca gratis di sini (khusus pengguna terdaftar) | | Shopee ekspor 10 juta produk UMKM - Kesepuluh juta produk ini telah diekspor ke sejumlah negara seperti Malaysia, Singapura, dan Filipina sejak 2019.
- Rata-rata 50.000 produk UMKM terjual setiap harinya.
- Shopee berencana untuk memperluas program ekspornya ke Thailand dan Vietnam pada 2021.
Discord terima dana segar Rp1,4 T - Pendanaan yang diterima ini dipimpin oleh Greenoaks Capital.
- Penggalangan modal baru ini hanya berselang lima bulan setelah Discord menerima investasi dari Index Ventures senilai sekitar Rp1,4 triliun pada Juli 2020.
- Discord mengklaim telah memiliki lebih dari 140 juta pengguna aktif bulanan.
Instagram rilis fitur percakapan yang terhubung ke WhatsApp - Para pelaku bisnis di Indonesia kini dapat menghubungkan nomor WhatsApp dengan profil Instagram bisnis mereka.
- Fitur ini dirilis karena banyak pelaku bisnis di Indonesia yang menggunakan Instagram sebagai etalase virtual, namun menggunakan WhatsApp sebagai alat komunikasi dengan calon pembeli.
| | Founder startup harus punya latar belakang di bidang teknologi. Faktanya: Seorang founder memang harus memiliki pemahaman tentang teknologi yang digunakan dalam pengembangan produknya. Namun, founder tidak perlu punya pengalaman sebagai engineer maupun developer untuk bisa memimpin perusahaan. Alih-alih mempelajari hal-hal yang berbau teknis, akan lebih berguna jika founder belajar tentang project management skill. Tinder, Airbnb, dan Alibaba, adalah contoh beberapa perusahaan besar yang pendirinya memiliki latar belakang nonteknis. Selengkapnya baca di sini. | | Terima kasih karena kamu sudah baca sampai habis. Newsletter ini dibuat dengan cinta (dan sedikit kafein) oleh tim marketing Tech in Asia Indonesia. Sampaikan kritik, saran, dan komentar kamu seputar newsletter kami lewat form ini. Jangan sampai ketinggalan berita harian seputar industri startup Indonesia. Simpan email indonesia@techinasia.com ke kontakmu, atau pindahkan email ini ke primary inbox. Tidak ingin menerima semua email dari kami lagi? Kamu bisa berhenti berlangganan newsletter (tentunya kami bakal sedih!) | | | | |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar