Laman

Minggu, 11 April 2021

Trik agar orang mengatakan "ya" kepada kamu | #WeekendProduktif

#WeekendProduktif
bersama Hendri Salim

Happy weekend , Streight Face!
 

Pada bagian pertama dari newsletter ini, saya akan membagikan hasil dari beberapa penelitian di seluruh dunia tentang bagaimana membuat orang mengatakan "ya" kepadamu. Kamu bisa mencobanya dalam kehidupan personal ataupun profesional. 

Tapi di bagian selanjutnya, saya akan menunjukkan bagaimana sifat dasar manusia digunakan untuk "memanipulasi" kamu dalam sehari-hari. Mulai dari memilih model baju, hingga membeli smartphone baru (meski ponsel lama kamu sebenarnya masih baik-baik saja).

Mari kita mulai!

Beruntung bagi kita, para peneliti dari beragam belahan dunia sudah melakukan bermacam-macam riset untuk mencari tahu cara mendapatkan jawaban "ya" dari lawan bicara. Jika kamu ingin lawan bicaramu menyetujui permintaan kamu, coba beberapa tip di bawah ini:

Gunakan sentuhan personal

  • Penelitian di Universitas Sam Houston menemukan bahwa orang akan cenderung bersedia mengisi survei jika ada sebuah catatan kecil dengan tulisan tangan yang memohon partisipasi dari responden. Sentuhan personal ini jadi lebih penting lagi—terutama di era serba elektronik sekarang ini—ketika semua sudah serba otomatis dan digital.

Langsung sampaikan di awal

  • Salah satu penelitian yang diterbitkan oleh Journal of Experimental Social Psychology menemukan bahwa jika kamu langsung meminta bantuan di awal, kamu akan mendapatkan bantuan lebih sering ketimbang membuka dengan basa-basi dan memohon bantuan di akhir pembicaraan.

Orang yang sudah pernah menolak akan cenderung setuju

  • Penelitian dari Stanford University menemukan bahwa orang merasa tidak nyaman jika terlalu sering menolak. Jika mereka pernah menolak 1-2 kali, maka saat selanjutnya kamu meminta, ia akan cenderung setuju karena perasaan bersalah atau tidak enak pernah menolak sebelumnya.

Gunakan kata-kata yang tepat

  • Peneliti dari Inggris menemukan bahwa kata-kata seperti, "Boleh tak kamu pertimbangkan untuk …" atau, "Kamu mau coba dulu tak untuk …" akan membuat lawan bicara cenderung mengatakan ya. Ia tak ingin dicap sebagai orang tertutup terhadap sesuatu yang baru.

Fokus pada apa yang akan didapatkan oleh lawan bicara

  • Daripada berkata, "Ini saya jual dengan harga x," lebih baik mengatakan, "Ini bisa kamu bawa pulang dengan harga x."

Ingatkan lawan bicaramu bahwa ia boleh menolak

  • Menurut peneliti dari Perancis, membuka percakapan dengan memberi opsi bahwa ia boleh menolak, kamu akan mendapatkan respons positif yang lebih banyak, karena orang tersebut tak merasa tersudut.

 

Cara-cara di atas menurut saya menarik dan pantas untuk dicoba. Tapi sekarang setelah tahu bagaimana para pelaku industri global memengaruhi saya untuk melakukan apa yang mereka mau, cara-cara di atas terdengar seperti tidak ada apa-apanya.

Sudah jadi rahasia umum bahwa kucing sangat tergila-gila dengan kotak. Tapi bagaimana dengan harimau atau singa? Ternyata mereka juga punya preferensi kurang lebih sama. Tak aneh, mengingat harimau dan singa pada dasarnya adalah kucing.

Kita sebagai manusia juga punya banyak sifat dasar yang serupa, sebuah respons dasar yang sama. Bila kamu belum menyadarinya, para pemilik brand dan perusahaan besar sudah menggunakan hasil riset sifat dasar manusia untuk memengaruhi kita sejak puluhan tahun yang lalu.

Sebagai contoh, manusia akan cenderung melakukan hubungan timbal balik. Kita cenderung melakukan sesuatu untuk orang lain, jika orang lain tersebut sudah pernah melakukan sesuatu untuk kita (reciprocity). Ini berarti kamu akan cenderung memperoleh bantuan dari orang lain yang sudah kamu sudah pernah bantu.

Kita juga cenderung setuju jika banyak orang lain setuju. Beberapa restoran menggunakan fakta ini untuk menjual menu tertentu.

Memberi tanda "recommended" mungkin efektif untuk meningkatkan penjualan salah satu menu. Tapi penelitian mengatakan bahwa jika ada sebuah menu yang diberi tanda "our best seller", maka menu tersebut akan terjual 20 persen lebih banyak. Ini karena kita lebih percaya pilihan banyak orang, ketimbang rekomendasi dari sang pemilik restoran.

Kelangkaan juga akan mendorong kita mengambil keputusan dengan lebih cepat. Jika pada suatu supermarket ada sebuah barang yang ditandai "tiap customer hanya bisa beli maksimal 2 item", maka penjualan barang tersebut akan naik dua kali lipat. Dengan cara ini, pengelola supermarket memengaruhi secara langsung penjualannya, membuat kamu melakukan apa yang ingin ia lakukan.

Fun fact: sereal terlaris di supermarket berdasarkan penelitian adalah yang bisa diambil langsung oleh anak kecil (tidak berada di rak yang terlalu tinggi). Lalu bagaimana dengan sereal yang berada di rak lebih tinggi? Mereka mencetak muka karakter dengan cukup besar dan membuat mata karakter melihat sedikit ke bawah, untuk membentuk koneksi dengan sang anak kecil.

Menurut Robert Cialdini, Profesor Psikologi dan Marketing dari Universitas Arizona, jika seseorang sedang mencari sofa secara online dan sampai ke halaman situs web dengan latar belakang gambar awan, maka ia akan cenderung mencari sofa yang nyaman dan empuk sebagai prioritas. Sebaliknya, orang yang masuk ke halaman situs web dengan gambar uang, maka ia akan cenderung mencari sofa yang sedang mendapatkan potongan harga atau lebih murah sebagai prioritas.

Yang dilakukan sang pemilik situs web adalah menarik perhatianmu pada sebuah tema atau kondisi, hingga akhirnya menuntunmu ke sebuah sofa yang ia ingin kamu beli (bukan yang kamu mau).

Satu contoh terakhir. Seorang pria datang ke toko baju, roti, supermarket, serta mencoba untuk meminta nomor telepon dari para pengunjung wanita yang ia anggap menarik. Ia mendapatkan respons yang kurang lebih sama di toko-toko ini. Tapi ada satu toko yang punya keberhasilan berkali-kai lipat lebih tinggi, yaitu toko bunga.

Ini karena ketika para wanita masuk ke toko bunga, mereka sudah dikondisikan dengan keadaan lebih bahagia, harum, indah, dan romantis. Pria dalam percobaan ini mendapatkan dua kali lebih banyak nomor telepon ketimbang toko roti misalnya. Karena toko roti tak mengondisikan sesuatu yang romantis.

Contoh-contoh di atas adalah cara yang digunakan oleh brand atau perusahaan untuk membuatmu berkata, "Ya, saya akan beli yang ini," atau, "Ya, saya akan menggunakan jasa kamu," hingga, "Ya, saya akan bekerja sama dengan kamu." 

Jadi, jika kamu sering mendengar FOMO (fear of missing out) sebagai salah satu taktik marketing, maka itu hanyalah satu dari ratusan faktor yang bisa digunakan untuk membuat orang lain melakukan apa yang kamu inginkan.

Mereka menyebutnya sebagai trik marketing, tapi sebenarnya ini adalah memahami psikologi manusia, serta menggunakan itu untuk membuat halaman situs web yang lebih baik, meneken sebuah kesepakatan dengan klien, sampai dengan menjual lebih banyak produk.

Tentu saja saya tak bisa membahas semuanya dalam satu newsletter saja. Jadi biar saya pindahkan tongkat estafet ini ke kamu untuk mencari tahu dan menggunakannya dalam kehidupan profesional kamu untuk mendapatkan hasil lebih baik.

Tip: jika ada keinginan yang cukup kuat untuk membeli sesuatu, saya biasanya akan menundanya selama dua minggu. Ini membantu saya menetralkan semua trik psikologi yang mendorong saya untuk mengeklik "beli sekarang". Kecuali langganan TIA ID+ yang sudah jelas akan membantumu dalam kehidupan profesional kamu :).

Have a nice weekend.

Salam,
Hendri Salim
Tech in Asia Indonesia

Hai, terima kasih sudah membaca email mingguan Weekend Produktif sampai habis. Kamu punya komentar positif untuk tulisan ini? Kamu bisa langsung balas email ini, atau mengisi form komentar.

Semua tulisan Weekend Produktif saya bisa kamu temukan di situs web Tech in Asia Indonesia.

Tidak ingin menerima email dari kami lagi? berhenti berlangganan newsletter (kami bakal sedih!)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar