Selamat datang kembali di newsletter Weekend Produktif , Streight Face! Saya harap kamu menikmati libur akhir tahun yang menyenangkan. Namun jika pengalaman libur kamu biasa saja, jangan terlalu bersedih. Kita masih punya banyak waktu ke depan. Lagi pula, menjaga diri dan sekitar dari Covid-19 adalah prioritas utama. Tahun lalu saya banyak berbicara mengenai produktivitas. Di 2021 ini saya rasa Weekend Produktif bisa berkontribusi lebih konkret dalam bentuk how-to seputar skill yang dibutuhkan dalam pekerjaan sehari-hari. Ini berarti kamu bakal membaca lebih banyak newsletter tentang bagaimana menggunakan spreadsheet secara optimal, memahami laporan keuangan perusahaan, sampai dengan melakukan A/B testing. Saya juga ingin mengumumkan bahwa akan ada sebuah rubrik baru di Tech in Asia Indonesia yang akan saya kerjakan bersama Iqbal Kurniawan (Editor in Chief Tech in Asia Indonesia). Rubrik tersebut adalah cara membangun startup. Lewat rubrik ini, kamu bakal mempelajari bagaimana cara mendirikan dan mengelola startup dari nol, mulai dari melakukan validasi ide sampai dengan apa yang harus kamu siapkan ketika ingin exit. Lengkap dengan dokumen-dokumen penunjang yang dibutuhkan. Keadaan ekonomi di 2021 masih penuh dengan ketidakpastian. Titik cerah mulai terlihat berkat keberadaan vaksin, tapi apa pun bisa terjadi. Jika kamu pikirkan sebentar, 2021 adalah saat yang tepat untuk mulai belajar bagaimana mendirikan startup kamu sendiri. Sehingga ketika kita sudah kembali ke ekonomi yang relatif lebih stabil (dare I say: normal) nanti, kamu sudah siap dan memiliki pengetahuan dasarnya. Jika kamu menikmati konten Weekend Produktif, maka saya yakin kamu juga akan mendapatkan banyak manfaat dari rubrik baru ini. Kamu perlu berlangganan Tech in Asia ID+ untuk membacanya. Dengan investasi Rp688.000 per tahun (atau klik banner di bawah untuk coba 30 hari), kamu bukan saja bisa mempelajari cara membangun sebuah startup, tapi juga akses ke seluruh konten kami, lengkap dengan rekaman-rekaman video dari acara-acara eksklusif Tech in Asia, serta banyak lainnya. Rubrik ini akan kami tayangkan mulai 1 Februari 2020, dan akan diperbarui selama setahun penuh. Tapi jika pun kamu memilih untuk tidak berlangganan sekarang, maka kamu tetap akan menikmati newsletter Weekend Produktif :) Sekarang mari kita mulai! | | Kamu baru saja memulai minggu pertama di 2021. Ada semangat baru. Tapi, my-oh-my, minggu pertama langsung membuatmu teringat betapa menyenangkannya libur akhir tahun kemarin. Bahkan jika kamu hanya berdiam di rumah dan berusaha menamatkan serial favoritmu di Netflix. Jika ini yang kamu rasakan, kamu tidak sendirian. Minggu ini saya kebetulan mengobrol singkat dengan Data Analyst yang baru bergabung di Tech in Asia Indonesia selama sebulan. Saya menanyakan bagaimana pengalamannya setelah bekerja selama satu bulan, serta apakah ada yang dapat kami tingkatkan untuk membuatnya lebih produktif dan happy. Dia berkata bahwa seiring waktu, tugas mulai menumpuk dan to-do list jadi menggunung secara perlahan. Apa yang ia disampaikan dialami semua orang, termasuk saya. Tugas-tugas masuk bergantian, seakan tidak pernah habis. Biar saya ulangi lagi apa yang pernah share sebelumnya. Tugas kamu bukanlah menyelesaikan semuanya. Jujur saja, semua itu tidak akan pernah selesai. Tugas kamu adalah mengidentifikasi mana yang paling penting, serta memastikan tugas itu selesai. Begitu ada tugas lain masuk, lakukan evaluasi kembali, apakah ini penting? Jika tidak, pindahkan tugas tersebut ke antrean belakang. Kalau perlu, lakukan debat sehat terlebih dulu dengan si pemberi tugas untuk membahas dampak dari tugas tersebut terhadap kemajuan perusahaan atau startup kamu. Hal terburuk yang bisa terjadi adalah mengatakan ya kepada semua orang dan semua tugas. Kamu bakal berakhir dengan tugas yang terlalu banyak, tak ada yang selesai. Bos kamu pun akan mulai melihatmu sebagai anggota tim yang kurang kompeten. Been there, done that. Kamu perlu bantuan agar bisa lebih efektif memilah dan menentukan prioritas. Bantuan itu bisa berupa sebuah notepad, aplikasi pencatat tugas seperti TickTick (favorit saya), atau ratusan to-do list lainnya. Menurut sebuah penelitian, otak manusia hanya mampu menampung 5-7 tugas secara bersamaan (termasuk tugas pribadi seperti membeli buah-buahan seiring kamu pulang kerja). Jika kamu menjumlahkan hal-hal yang harus kamu kerjakan, baik itu di lingkungan profesional ataupun pribadi, maka angkanya bisa dengan mudah melebihi tujuh tugas. Jadi, jika kamu bukan termasuk orang yang gemar mencatat dan melakukan organizing, saran saya adalah memulainya di 2021 ini. Kamu akan cukup terkejut dengan hasilnya nanti. Izinkan saya untuk berbagi apa yang saya lakukan di awal minggu. Saya menggunakan aplikasi bernama TickTick. Tapi, sekali lagi, kamu bisa menggunakan apa pun, termasuk notepad sederhana. Saya membagi tugas dalam tiga bagian besar: - Hari Ini,
- Minggu Ini, dan
- Inbox.
Inbox adalah tempat saya menaruh semuanya. Jika saya teringat harus mengerjakan A, saya langsung menuliskannya di Inbox tanpa pikir panjang (baik itu penting atau tidak penting). Begitu ada rekan kerja meminta B, sekali lagi saya langsung taruh di Inbox. Pada praktiknya, Inbox bisa bernama Bucket List atau apa pun yang kamu mau. Tapi intinya, ini adalah tempat menampung semua tugas-tugas supaya kamu tidak perlu mengingatnya. Di awal minggu, saya melihat Inbox dan memindahkan hal-hal yang ingin dikerjakan ke daftar minggu ini. Saya biasanya menggunakan metode Eisenhower Matrix untuk membantu saya memutuskan mana yang akan masuk ke daftar Minggu Ini. Kemudian, hal pertama yang saya lakukan setiap hari adalah menarik tugas dari daftar Minggu Ini ke Hari Ini. Begitu seterusnya. Setiap 2 minggu atau 1 bulan, saya akan melihat seluruh tugas di Inbox, dan coba tebak apa yang terjadi? Ada tugas yang sudah mengendap sejak tiga bulan lalu. Saya dengan yakin bisa mengatakan bahwa tugas ini memang seharusnya tidak dikerjakan, karena tidak penting. Saya pun menghapusnya. Proses yang sederhana ini membantu saya untuk tetap fokus dan waras. Karena sudah sangat bergantung terhadap sistem ini, saya bisa membayangkan bahwa saya akan berantakan luar biasa jika tidak dapat menggunakan catatan saya. Jika kamu sudah melakukan ini, maka bagus. Minggu depan kita akan masuk ke hal-hal teknis yang akan meningkatkan skill kamu. Namun jika kamu belum memiliki kebiasaan untuk mencatat dan mengatur tugas-tugasmu, maka saran saya adalah memulainya sekarang. Yang perlu dicatat adalah: tidak penting apa aplikasi to-do list yang kamu gunakan. Saya pribadi sudah mencoba hampir lebih dari tiga puluh aplikasi to-do list, dan semuanya mirip-mirip. Tantangan terberatnya adalah konsisten melakukannya. Tapi begitu kamu melewati satu bulan pertama dan melakukan review, maka kamu bakal mulai menyadari bahwa hal-hal yang kamu tak lakukan sebenarnya memberimu waktu lebih untuk menyelesaikan hal-hal terpenting. Sistem seperti ini membantu kamu untuk mengidentifikasinya. Saya akan mengakhiri newsletter perdana di 2021 ini dengan beberapa referensi untuk kamu baca lebih lanjut: Aplikasi to-do list: Cara menentukan prioritas: Eisenhower Matrix Proses menggunakan aplikasi to-do list: Rangkuman buku Get Things Done
Sekali lagi: aplikasinya tidak penting. Fitur-fitur dan sederet gimiknya tidak penting. Kamu bahkan bisa melakukan ini dengan tiga lembar kertas. Jadi, jangan jadikan itu alasan untuk tidak memulainya ya :D. Bantu diri kamu di 2021. Catat tugas-tugasmu dan get organized. Beri tahu saya hasilnya lewat form ini (atau balas langsung email saya). Sampai jumpa minggu depan! Salam, Hendri Salim CEO Tech in Asia Indonesia | | | |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar