Laman

Minggu, 14 Maret 2021

Teknologi AI bakal menggantikan banyak pekerjaan. Apa yang bisa kita lakukan? | #WeekendProduktif

#WeekendProduktif
bersama Hendri Salim

Happy weekend , Streight Face!

Empat tahun lalu, saya membeli sedikit Bitcoin ketika harganya masih relatif murah. Sekarang nilai Bitcoin sudah melonjak lebih dari enam kali lipat. Seandainya dulu saya tahu bakal naik setinggi ini, saya pasti akan beli sebanyak mungkin.

Tapi, tentu saja, tak ada yang tahu masa depan.

Ya, kan?

Saya memang tak tahu apa yang bakal terjadi kelak, tapi saya tahu kecerdasan buatan--atau artificial intelligence (AI)--dan machine learning adalah sesuatu yang tak terhindarkan. Pertanyaannya sudah bukan, "Apakah AI dan machine learning akan menggantikan manusia?" Tapi lebih kepada, "Bagian apa yang akan tergantikan, dan apa yang bisa kita lakukan?"

Salah satu bank terbesar di Amerika Serikat JPMorgan sudah memakai AI untuk mengecek pengajuan pinjaman dari nasabah komersial. Dulu perusahaan membutuhkan 360.000 jam kerja (setara 170 orang) dalam setahun untuk melakukan tugas itu. Namun sekarang teknologi AI dapat menyelesaikannya dalam hitungan detik. 

Microsoft juga mengganti belasan jurnalis dengan AI yang bisa menulis rangkuman berita secara cepat dan akurat.

Ketika mendengar kabar-kabar ini, atau hal-hal ajaib lainnya yang bisa dilakukan AI, mungkin kamu merasa AI tiba-tiba sudah mengambil alih. Faktanya adalah: tak ada yang terjadi secara tiba-tiba.

Mari kita mundur sebentar.

Ketika teknologi uap dan listrik mulai berkembang, banyak pekerja kasar kehilangan pekerjaan karena tergantikan oleh mesin. Lahan berukuran ratusan hektar bisa digarap oleh 1-3 traktor besar ketimbang ratusan pekerja.

Fenomena sama terulang ketika teknologi komputer mengalami perkembangan.

Foto di bawah, diambil pada tahun 1940-an, menunjukkan perusahaan telekomunikasi yang mempekerjakan banyak operator switchboard untuk menyambungkan panggilan telepon secara manual.

Cukup wajar jika orang-orang pada masa tersebut berasumsi bahwa jumlah operator switchboard hanya akan bertambah, seiring lebih banyak orang yang menggunakan telepon. Tapi tentu saja, sekarang para operator itu kini sudah tergantikan oleh komputer.

Sekarang kita sedang memasuki fase di mana AI dan machine learning sudah mulai menggantikan manusia. Persis seperti masa di mana terjadi revolusi industri dan komputer terjadi.

Meski beberapa jenis pekerjaan akan hilang, tipe pekerjaan lain pun muncul. Pekerja kasar yang mau belajar cara mengoperasikan mesin akan punya kesempatan lebih baik ketimbang teman-temannya yang hanya punya tenaga.

Berbeda dengan para operator switchboard dulu, yang menyangka bahwa pekerjaan mereka bakal terus ada, kita tahu benar bahwa banyak pekerjaan akan digantikan oleh AI dan machine learning.

Studi yang dilakukan konsultan bisnis McKinsey menyebut automasi (AI, robot, dan machine learning) bisa menggantikan sekitar 52 persen tenaga kerja—setara 52,6 juta pekerja—di Indonesia, terutama di sektor manufaktur, retail, dan konstruksi. Dalam daftar negara yang bakal merasakan dampak terbesar oleh automasi ini, Indonesia berada di peringkat kelima.

Faktor yang akan mempercepat fenomena ini adalah kesadaran banyak perusahaan terhadap potensi keuntungan dari automasi. Dalam studi yang sama, 50 persen responden menyatakan setidaknya ada satu produk AI yang sudah digunakan dalam perusahaan masing-masing. 

Pemasaran dan penjualan adalah salah satu divisi yang mendapatkan manfaat luar biasa. Penghasilan di divisi itu naik hingga 79 persen berkat implementasi AI, sementara biaya operasional turun 36 persen. Ketimbang mempekerjakan seorang tenaga digital marketer, sudah ada AI yang bisa mengalokasikan anggaran pemasaran perusahaan di berbagai platform secara otomatis untuk mendapatkan laba atas investasi (return of investment) tinggi. 


Bukan tanpa kabar baik

Sisi positifnya adalah, diperkirakan akan ada lebih banyak pekerjaan baru ketimbang yang hilang di Indonesia pada 2030 nanti.

Walau sebuah perusahaan telekomunikasi kini sudah tak mempekerjakan ratusan operator switchboard, tapi perusahaan tetap punya ratusan karyawan yang mengerjakan berbagai hal lain, seperti data analytics, pengembangan produk, customer retention, hingga digital marketing yang puluhan tahun lalu belum ada.

Mungkin perusahaan masih butuh ribuan petugas layanan pelanggan, tapi mereka pun sudah mulai tergantikan dengan AI juga. Jika nanti engineer atau digital marketing tergantikan dengan AI, maka akan ada pekerjaan lain yang juga akan tercipta dengan fokus tak jauh-jauh dari AI dan machine learning.

Apa yang saya bisa lakukan sekarang?

Hal pertama yang bisa kamu bisa lakukan adalah mempelajari kemampuan AI dan machine learning pada bidang yang kamu sedang geluti saat ini. Kamu akan menemukan bahwa hampir seluruh bidang pekerjaan sudah mulai dirayapi dengan kecerdasan buatan. 

AI yang sedang belajar untuk coding dan menggantikan para software engineer, atau AI yang mengambil keputusan investasi saham secara otomatis, bukanlah hal baru. Teknologi ini sedang bekerja keras dan bertambah jago setiap detiknya, sementara para pekerja manusia sedang bersantai dan merasa punya kepastian kerja.

Kedua, kamu bisa mempelajari dasar AI dan machine learning, atau bahkan melakukan sedikit pemrograman sendiri. Tak perlu sampai membuat produk jadi, tapi setidaknya memahami dasar-dasarnya. 

Jika kamu merasa bahwa AI dan machine learning hanya untuk programmer, maka--sekali lagi--ingat bahwa pada saatnya, mereka yang tak menguasainya akan tersingkir. Jadikan ini sebagai insentif untuk memaksa dirimu.

Lagi pula, kebanyakan orang bisa mempelajari apa pun dengan cukup tekad dan waktu.

Ketiga, mulai carilah aplikasi dalam bidangmu yang menggunakan AI atau machine learning, lalu mencobanya. Kamu ingin jadi orang yang paling mengenal teknologi ini di lingkungan kerjamu. 

Ketika perusahaan tempat kamu bekerja memutuskan untuk mengimplementasikan AI, misalnya untuk melakukan digital marketing, maka seseorang bakal ditunjuk untuk memimpin proyek tersebut.

Perusahaan tak akan serta-merta menunjuk seseorang dari tim engineering yang sama sekali tak mengerti digital marketing untuk memimpin proyek. Jika kamu cukup vokal menyampaikan ketertarikanmu terhadap AI, tebak siapa yang akan diajak pertama kali dalam proyek transformasi ini.

Saya mungkin tak bisa mengomunikasikan betapa pentingnya berteman baik dengan AI dan machine learning lewat satu newsletter singkat ini. Tapi begitu kamu mulai mencari tahu, kamu akan merasa seperti apa yang saya rasakan: khawatir, tapi juga excited dengan kesempatan baru yang ada.

Give yourself a head start!

Salam,
Hendri Salim
CEO Tech in Asia Indonesia

Hai, terima kasih sudah membaca email mingguan Weekend Produktif sampai habis. Kamu punya komentar positif untuk tulisan ini? Kamu bisa langsung balas email ini, atau mengisi form komentar.

Semua tulisan Weekend Produktif saya bisa kamu temukan di situs web Tech in Asia Indonesia.

Tidak ingin menerima email dari kami lagi? berhenti berlangganan newsletter (kami bakal sedih!)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar