Laman

Selasa, 30 Maret 2021

Menilik tumbuhnya bank digital Indonesia akhir-akhir ini


Startup dan Teknologi Hari Ini


Selasa, 30 Maret 2021

Halo Streight Face,

Mungkin kamu sudah tahu kalau akhir-akhir ini bank digital lagi ramai diperbincangkan di media sosial. Mulai dari bank digital yangehm—sedang dipergunjingkan gara-gara masalah aplikasi yang sering eror, sampai bank digital yang sedang siap-siap masuk Indonesia.

Di artikel hari ini, jurnalis kami Deandra Syarizka mencoba membedah secara dalam tentang bank digital, serta posisinya di ekosistem perbankan dan fintech Indonesia. Simak rangkumannya di bawah.


— Ekky, Tech in Asia

P.S.: Quick question: bisnis di tahun 2021, mending pilih growth atau profit? Temukan jawabannya di sini.

HIGHLIGHT

Seberapa besar pengaruh bank digital di ekosistem fintech Indonesia?


Bank digital identik dengan layanan yang adaptif dengan tren, branchless, dan "sangat milenial" (apapun artinya bagi pencetus jargon ini.) Makanya, kehadiran sosok bank digital yang mampu menjawab semua kebutuhan pengguna era modern.

Di artikel in-depth kali ini, kita membahas serba serbi bank digital dan posisinya di ekosistem keuangan Indonesia. Beberapa hal menarik yang dibahas di sini:
  • Konvensional vs digital: Secara ongkos operasional, bank digital unggul dibanding bank konvensional yang umumnya sangat bergantung pada lokasi fisik untuk operasional kantor cabang, serta membutuhkan banyak sumber daya manusla. 
  • Ekosistem digital sebagai strategi tumbuh: Untuk menopang pertumbuhannya, bank digital sangat bergantung pada ekosistem digital. Contohnya Bank Jago—yang tengah bersiap merilis produk bank digital mereka—bakal punya integrasi yang kuat dengan berbagai layanan Gojek.
  • Tidak semua harus go digital: Saat ini, bank konvensional masih punya posisi pasar yang kuat, terutama untuk demografi senior. Memaksakan transformasi digital yang setengah-setengah bisa menimbulkan risiko baru.
Baca selengkapnya laporan kami mengenai bank digital di Indonesia, eksklusif untuk pelanggan Tech in Asia ID+.
 


Karakteristik generasi Z Indonesia: tidak tertarik mencoba platform baru, dan segudang tantangan lainnya


Nggak nyangka, generasi digital native Indonesia yang lahir di era internet ini ternyata adalah pasar yang menantang di era digital. Setidaknya, ini menurut hasil laporan dari FuturePlay, akselerator asal Korea Selatan. Survei membuktikan:
  • Malas mencoba: 63 persen responden generasi Z menyatakan tidak tertarik mencoba platform baru. Ini berisiko bakal menghambat inovasi di masa depan.
  • Konsumen konservatif:  Gen Z Indonesia ternyata merupakan konsumen pasar yang konservatif, sehingga bisa menyulitkan bagi startup yang sedang mengembangkan sebuah produk atau layanan baru bagi para early-adopter.
  • Suka konten Korea Selatan: Konten dari negara Korea Selatan adalah yang terpopuler bagi kalangan mereka (dengan hasil skor 74), disusul Amerika Serikat atau Inggris (skor 67), konten lokal (30), dan Jepang.
Baca selengkapnya hasil survei FuturePlay di sini.

ARTIKEL PREMIUM PILIHAN

Setiap bulannya pemilik akun gratis Tech in Asia Indonesia berkesempatan untuk membaca satu artikel premium pilihan kami. Baca gratis artikel di bawah atau lihat artikel premium lainnya.

[Infografik] Perkembangan Bisnis E-warung di Indonesia


Warung tradisional kini telah menjadi medan perebutan pengaruh bagi vertikal bisnis e-payment dan fintech pembayaran di Indonesia.

Baca gratis di sini (khusus pengguna terdaftar).

DAILY DIGEST

BPJS Kesehatan jalin kolaborasi dengan WeCare.id

  • Kerja sama ini bertujuan untuk mengembangkan fitur donasi pada situs BPJS Kesehatan maupun situs dan aplikasi WeCare.id.
  • WeCare.id sendiri menyediakan berbagai metode pembayaran yang sangat fleksibel dengan minimal sumbangan Rp10.000.
  • Per 31 Desember 2020, dana crowdfunding yang diterima oleh BPJS Kesehatan sendiri sudah mencapai Rp1,3 miliar dan telah disalurkan kepada 3.784 peserta JKN-KIS.
Home Credit rilis produk MyLifeCover
  • Home Credit turut meramaikan sektor insurtech melalui produk asuransi yang bekerja sama dengan PT Asuransi Harta Aman Pratama Tbk.
  • Produk ini menawarkan asuransi perlindungan jiwa dengan premi sekitar Rp399 ribu hingga Rp999 ribu yang dapat diakses melalui platform Home Credit.
  • Pihak Home Credit mengatakan, inovasi produk asuransi yang memanfaatkan teknologi digital diharapkan mampu menjangkau masyarakat yang lebih luas.
TikTok tunjuk bos baru untuk Asia Tenggara
  • TikTok baru saja menunjuk Sameer Singh sebagai pimpinan solusi bisnis untuk Asia Tenggara. 
  •  Sebelumnya, Singh merupakan CEO dari GroupM South Asia, serta pernah menempati posisi eksekutif di Google, GlaxoSmithKline, Procter & Gamble, and IPG.

EVENT MENDATANG

  • Road to PDC'21 Virtual: Product Manager Skill at Different Level | 31 Maret 2021
Bagaimana peluang karier product manager dan keahlian apa saja yang dibutuhkan? Temukan jawabannya dari sesi yang akan dibawakan Head of Product Tiket.com Prasetyo Andi Wicaksono. Daftar gratis sekarang.
  • Road to PDC'21 Virtual: What does cloud-native mean for the enterprise |  1 April 2021
Sesi ini akan menghadirkan Wendie Cheung selaku Product Marketing Manager SUSE dan Derek So selaku Principal Technologist, APJ, SUSE—dengan topik pentingnya mengembangkan cloud-native enterprise. Daftar gratis sekarang.
  • Road to PDC'21 Virtual: Infusing analytic DNA into product design | 5 April 2021

Mau belajar tentang bagaimana cara memanfaatkan data untuk kebutuhan product design? Simak sesi dari Amber Liang selaku Senior Product Manager Lazada. Daftar gratis sekarang.

  • PDC'21 Virtual | 7-8 April 2021

Temukan tip praktis dari 20+ expert di bidang pengembangan produk hingga kesempatan networking dengan para pemimpin industri teknologi. Pesan tiket sekarang di sini

LOKER MINGGU INI

Terima kasih karena kamu sudah baca sampai habis. Newsletter mingguan ini dikirim dengan cinta (dan sedikit kafein) oleh tim Tech in Asia Indonesia. Sampaikan kritik, saran, dan komentar kamu seputar newsletter kami lewat form ini.

Jangan sampai ketinggalan berita harian seputar industri startup Indonesia. Simpan email indonesia@techinasia.com ke kontakmu, atau pindahkan email ini ke primary inbox.

Tidak ingin menerima semua email dari kami lagi? Kamu bisa berhenti berlangganan newsletter (tentunya kami bakal sedih!)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar