Laman

Jumat, 19 Maret 2021

Kurir Logistik dan Ojek Online: "Pahlawan" di Kala Pandemi


Weekly Editorial

 

 
Hai Streight Face,

Dalam setahun terakhir, frekuensi kedatangan kurir logistik dan sopir ojek online ke rumah saya meningkat signifikan. Kini saya bisa mendengar seruan "pakeeeet!" atau "permisiiii" di depan rumah sedikitnya 5 kali dalam seminggu, dari yang sebelumnya hanya sekitar 1-2 kali tiap pekan.

Penyebabnya? Mungkin kamu sudah bisa tebak: pandemi COVID-19.

Saya sekeluarga memang berusaha mengurangi keperluan keluar rumah untuk hal-hal yang tidak mendesak, seperti beli makan (di restoran) atau berbelanja (di mal). Namun, mempraktikkan gerakan #DiRumahAja bukan berarti kami berhenti menggerakkan sektor riil (baca: konsumsi/belanja) sama sekali.

Berkat sederet unikorn yang menyediakan platform pesan-antar makanan dan e-commerce, berbelanja dari rumah kini semudah membuka dan mengusap aplikasi di smartphone. Saya pun sampai dihafal oleh beberapa kurir yang biasa mengantarkan barang belanjaan ke rumah, saking seringnya saya (dan istri) berbelanja lewat e-commerce.

Saya tahu bahwa saya bukanlah satu-satunya orang yang jadi lebih sering memesan makanan atau berbelanja secara online. Sejumlah laporan riset pasar yang menyoroti dinamika industri selama 2020 menyebut ada kenaikan volume transaksi terhadap dua jenis layanan tersebut.

Sektor logistik, khususnya segmen last mile delivery, tentu ikut terkerek oleh fenomena ini. Namun ada satu pertanyaan yang sempat terngiang di kepala saya, seberapa besar dampaknya?

Kini saya mengetahui bahwa volume pengiriman barang dari aktivitas belanja online melonjak hingga 3,9 juta per hari, dengan total nilai transaksi kotor untuk bisnis e-commerce dan pesan-antar makanan masing-masing mencapai Rp462 triliun dan Rp51 triliun selama 2020 lalu.

Dua data tersebut bisa kamu baca dalam infografik tentang dinamika sektor logistik last mile delivery (🔒) yang kami tayangkan minggu ini. Jurnalis kami, Risky, mengintisarikan berbagai insight yang tersebar di lapangan, serta menyajikannya dalam bentuk infografik yang lugas dan gampang dicerna untuk para pembaca Tech in Asia Indonesia.

Tak hanya sekadar mengumpulkan data-data ke dalam satu tempat, kami juga menjabarkan baragam jenis pelaku di industri logistik--pernah dengar istilah 3PL, 4PL, atau fulfillment dalam bidang logistik?--serta menyajikannya dalam satu narasi yang koheren agar pembaca bisa memahami seluk-beluknya secara lebih mendalam.

Semua proses ini tak terjadi secara instan. Ada puluhan jam kerja yang dihabiskan untuk meriset, berdiskusi, serta merevisi konten berulang kali. Harapan kami, optimisasi konten ini bisa membantu dan memperluas wawasan para pembaca kami.

Bila kamu menyukai konten-konten seperti ini di Tech in Asia Indonesia, kamu bisa mendukung kami dengan mencoba jadi pelanggan Tech in Asia ID+ untuk bisa membaca infografik tersebut selengkapnya. Dukungan kamu sangat berarti bagi kami.

Oh ya, omong-omong unikorn lokal, simak juga analisis kami tentang potensi premi triliunan rupiah yang bisa diraup Gojek, Grab, hingga Tokopedia bila mereka jadi go public (🔒) di Amerika Serikat saat ini.

Talk to you again next week!


Salam,
Iqbal Kurniawan
Editor-in-Chief, Tech in Asia Indonesia

IN CASE YOU MISSED IT

Ulasan dan kabar seputar industri teknologi dan ekosistem startup yang perlu kamu ketahui:
  1. Kami menganalisis berapa premi yang bisa diraup sederet unikorn lokal bila jadi mereka jadi go public di Amerika Serikat (🔒) saat ini. (Bocoran: angkanya mencapai triliunan rupiah, lo!)
  2. Enggak mau kalah dari Apple, kini Google juga beri keringanan biaya komisi buat para developer aplikasi Android yang total pendapatannya di Google Play Store belum mencapai US$1 juta (Rp14 miliar).
  3. Ketimpangan akses dan infrastruktur teknologi di Indonesia rasanya sudah jadi problem menahun. Namun laporan ini menyebut kondisinya makin hari makin merata.
  4. Apa benar cuma masalah waktu sampai tiap startup buka kantor di Jakarta? Kami mewawancara sejumlah startup dari luar Jabodetabek untuk mencari tahu pendapat (🔒) masing-masing.

EVENT MENDATANG

  • PDC'21 Virtual | 7-8 April 2021
Temukan tip praktis dari 20+ expert di bidang pengembangan produk hingga kesempatan networking dengan para pemimpin industri teknologi. Pesan tiket hanya Rp350 ribu di sini
Terima kasih karena kamu sudah baca sampai habis. Newsletter mingguan ini dikirim dengan cinta (dan sedikit kafein) oleh tim Tech in Asia Indonesia. Sampaikan kritik, saran, dan komentar kamu seputar newsletter kami lewat form ini.

Jangan sampai ketinggalan berita harian seputar industri startup Indonesia. Simpan email indonesia@techinasia.com ke kontakmu, atau pindahkan email ini ke primary inbox.

Tidak ingin menerima semua email dari kami lagi? Kamu bisa berhenti berlangganan newsletter (tentunya kami bakal sedih!)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar